Loading ...

Sejarah Singkat

Kecamatan Biduk - Biduk

Sejarah Biduk - Biduk

Biduk Biduk (1912) dulunya adalah sebuah kampung di ujung pesisir selatan Kabupaten Berau (Gambar 1) yang dikepalai oleh Mahmude (1912-1937) yang berdampingan dengan 3 kampung yaitu Kampung Tanjung Perepat (Kepala Kampung, Kanjulung 1918-1952), Kampung Pantai Harapan (Kepala Kampung, S. Santoyong, Lj 1957) dan Kampung Batuputih (belum diketahui). Tahun 1966 Biduk Biduk resmi menjadi Kecamatan Peralihan yang pimpin oleh Aliansyah sebagai Camat pertama (1966-1969) dan menaungi 3 kampung yang berdampingan tersebut. Tahun 1997 Kecamatan Biduk Biduk berubah status dari Kecamatan Peralihan menjadi Kecamatan Definitif jang dipimpin oleh camat Drs. Harno (1997-2000). Setelah menjadi kecamatan definitif, kampung kampung baru terbentuk seperti Kampung Giring Giring (Pj. Abdul Manaf, 2003), Teluk Sulaiman (2003) dan Teluk Sumbang (belum diketahui).

Saat ini Kecamatan Biduk Biduk dipimpin Oleh (H.Syafri, Sos., MM) dengan memiliki enam kampung jaitu Tanjung Perepat (Jandi Kurniawan), Pantai Harapan (Abdullah), Biduk Biduk (Abbas Saleng/PJ Abd. Rahman), Giring Giring (Irvan Kiai),Teluk Sulaiman (Jamaluddin) dan Teluk Sumbang (Abd. Karim).

Nama Kecamatan Biduk Biduk diambil dari nama kampung tertua yaitu Kampung Biduk Biduk, sehingga penamaan sangat erat kaitannya dengan sejarah terbentuk kampung Biduk Biduk. Awalnya Biduk Biduk penduduknya berasal dari Pulau Sulawesi. Nama Biduk Biduk berasal dari bahasa Bugis yang berarti tempat yang banyak disinggahi oleh kapal- kapal nelayan.

Menurut sejarah terbentuk kampung Biduk Biduk terdiri atas dua versi. Versi pertama yang dikemukakan oleh sesepuh kampung bahwa sejarah berawal dari menikahnya Putri Solok yang berasal dari Filipina dengan Mahmude yang berasal dari Sulawesi dan bermukim di pulau Kaniungan.

Tahun 1909 Kalla yang merupakan keturunan Putri Solok dari Filipina dan Mahmude mencari nelayannya yang belum kembali pulang dan sedang singgah di suatu tempat. Kalla menemukan kapal-kapal nelayannya singgah di suatu tempat yang ramai dengan kapal-kapal nelayan lain. Tempat yang strategis, potensi ekonomi dan pemandangan yang indah menjadi daya tarik bagi Kalla. Tahun 1912 Kalla dan keluarganja pindah ke Biduk Biduk dan Mahmude menjabat sebagai Kepala Kampung di desa Biduk Biduk.

Versi kedua menceritakan bahwa nama kampung Biduk Biduk diambil dari sejarah zaman perampokan. Zaman itu banyak sekali perahu-perahu kecil perampok yang berlabuh dan singgah di tempat itu. Perahu-perahu dari pulau Kaniungan juga singgah berlabuh di tempat yang sama untuk melanjutkan perjalanan ke Tanjung Buaya-buaya.

Saat perampok sudah tidak lagi berlabuh atau sudah tidak ada lagi maka pada tahun 1910 datanglah dua suku Bajau jaitu Si Keppang alias Majahaba sekeluarga dan Ma Sulung sekeluarga. Kedua Keluarga ini lalu membuka kebun dan pada tahun jang sama juga berdatangan orang-orang dari pulau Kaniungan dan dari Sulawesi Tengah. Tempat itu diberi nama Biduk Biduk jang artinya perahu-perahu kecil.